Pengertian Hakko Ichiu



Hakko Ichiu : salah satu alasan Jepang ikut dalam Perang Dunia II

Shinto adalah agama asli Jepang yang berakar pada kepercayaan animis Jepang kuno. Kata Shinto berasal dari bahasa Tionghoa, “Shen” artinya roh, “Tao” berarti jalannya dunia, bumi, dan langit. Dengan demikian Shinto berarti perjalanan roh yang baik.
Menurut Shinto, Hakko Ichiu itu diperintahkan oleh Jimmu Tenno (Tenno pertama ± 660 SM) sebagai dewa kepada bangsa Jepang untuk membentuk kekeluargaan yang meliputi seluruh dunia. Hakko Ichiu dianggap sebagai titah dewa yang harus dilaksanakan. Selanjutnya Hakko Ichiu diterangkan bahwa bangsa Jepang merupakan keluarga yang sah, sedangkan bangsa-bangsa lain tidak, karena itu Jepang boleh memperlakukannya dengan sewenang-wenang. Sebagai keluarga yang sah, Jepang berhak atas seluruh dunia agar dunia dapat disusun sebagai satu kekeluargaan.
Sejak Restorasi Meiji (1868), agama Shinto dijadikan agama negara dan mendapat kedudukan istimewa dalam pemerintahan. Pejabat-pejabat Shinto mendapat kedudukan penting dalam kabinet, dan doktrin-doktrin yang didasarkan pada Shinto dipropagandakan oleh pemerintah.
Menurut Hasbulla Bakri bahwa agama Shinto ini memang mempunyai kelebihan, yakni dapat menarik hati golongan atas karena kekolotan mereka, dan dapat menarik hati golongan bawah karena takhyul mereka. Itulah sebabnya agama Shinto sering digunakan sebagai alat poltik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Hakko Ichiu (dunia sebagai satu keluarga) adalah ajaran Shinto yang mengatakan bahwa Jepang harus menyusun dunia ini sebagai satu “keluarga besar”, dan Jepang bertindak sebagai “kepala keluarga”. Ajaran Hakko Ichiu ini tentunya tak dapat terlaksana tanpa kemajuan yang telah dicapai oleh Jepang, terutama dalam bidang perdagangan dan industri. Ajaran tersebut telah ada sejak tahun 660 SM yang merupakan perintah dari Tenno, namun pada kenyataannya nanti pada abad ke-19 Jepang menjadi negara imperialis. Hal ini menunjukkan bahwa kemajuan yang dicapai setelah Restorasi Meiji merupakan faktor utama yang menyebabkan Jepang menjadi negara imperialis.





Latar Belakang
Pada perang dunia II, Jepang menjadi salah satu negara yang terlibat dalam perang. Bersama dengan Jerman dan Italia, melawan Amerika, Inggris, Rusia dan sekutunya. Jepang bersekutu dengan Jerman dan Italia karena kesamaan paham yang mereka anut yaitu, Fasisme. Selain fasisme, Jepang memiliki motivasi lain dalam melakukan invasi. Salah satunya adalah konsep Hakko Ichiu. Konsep ini pertama kali diungkapkan oleh Jimmu Tenno, salah satu Kaisar Jepang pada 600SM.
Hakko Ichiu sendiri memiliki arti “8 penjuru di bawah 1”. Orang jepang pada masa itu berasumsi bahwa seluruh dunia merupakan keluarga besar dan Jepang sebagai keturunan Dewa menjadi pemimpin seluruh dunia. Asumsi bahwa kaisar sebagai perwujudan dunia nyata berasal dari shintoisme. Ajaran ini sudah mendarah daging dalam akar budaya jepang. Bahkan pada era Meiji, Shinto menjadi agama nasional.
Oleh karena itu, ketika jepang melakukan invasi para tentara dengan semangat tinggi rela melakukan apapun demi Kaisar yang dianggap dewa. Menggunakan hakko ichiu sebagai pemacu semangat benar-benar efektif bagi jepang pada masa itu.
Hakko Ichiu dan Awal Mulanya
Kaitan Shintoisme dan Hakko Ichiu.
Shintoisme merupakan ajaran yang paling mendasar dan sudah ada sejak zaman dahulu di Jepang. Cenderung ke arah Animisme dan Dinamisme. Tidak diketahui siapa penemu ajaran ini. Tidak seperti ajaran lain yang memiliki buku atau kitab suci sebagai pembimbingnya. Ajaran Shinto ini telah mengakar dalam diri orang Jepang dan tradisinya.
Dewa Shinto disebut Kami. Merupakan arwah suci yang mengambil perwujudan penting dalam konsep hidup manusia misalnya angina, hujan, gunung, sungai, kesuburan. Manusia yang telah mati juga dapat menjadi Kami., yaitu sebagi Kami leluhur, Kami pelindung dan lain-lain. Dewi Amaterasu adalah Kami yang paling penting bagi orang Jepang.
Dalam shintoisme, Tenno atau Kaisar dianggap sebagai perwujudan Amaterasu Omikami (Dewi Matahari) sehingga Kaisar dianggap orang paling penting di seluruh Jepang. Tak ada yang berani membantah titah Kaisar karena takut akan mengusik dewa. Begitu pula pada saat Hakko Ichiu diungkapkan oleh Kaisar Jimmu maka, tak ada yang berani membantah. Justru semua orang harus mengikuti titah Kaisar itu.


 Pengungkapan ide Hakko Ichiu
Hakko Ichiu diutarakan oleh Kaisar Jimmu pada abad 660 SM. Ketika itu adalah zaman pra Yamato atau Jomon sesuai dengan catatan yang terdapat di Kojiki dan Nihon Shoki. Karena Kojiki dan Nihon Shoki ditulis pada zaman Nara maka penulis di masa itu menganggap bahwa yang dimaksud “dunia” hanya berputar di sekitar Jepang yaitu, Cina dan Korea saja. Belum diketahui adanya negara lain selain Korea dan Cina.
Kaisar Jimmu sendiri masih dipertanyakan keberadaannya karena pada zaman Jomon itu terdapat beberapa macam versi mengenai awal muasal keberadaan dewa di Bumi. Beberapa tahun terakhir ini Kaisar Jimmu sendiri hanya dianggap legenda atau mitos semata. Karena itu dalam beberapa buku sejarah Jepang yang dicantumkan sebagai Kaisar pertama adalah Kaisar Kinmei yang memrintah pada periode Asuka.
Hakko ichiu sendiri memiliki arti 8 penjuru dibawah 1. Artinya, bahwa dunia itu terdiri 8 penjuru yang merupakan keluarga besar dan Jepang adalah pemimpinnya. Jepang menjadi pemimpin karena mereka adalah keturunan dewa. Keturunan murni yang ada di bumi ini, paling kuat dibanding yang lain.
Pada masa itu, Hakko Ichiu sendiri dianggap suatu manifestasi terhadap shintoisme. Semacam cara ibadah untuk menunjukkan kesetian orang Jepang pada dewa mereka. Sehingga dengan patuh orang Jepang mengikuti Hakko Ichiu.
2.3 Hakko Ichiu pada awal Perang dunia II
Hakko ichiu pada zaman Showa diangkat oleh kelompok rahasia tertentu (himitsu kessha) yang menginginkan Jepang menjadi penguasa dunia dan satu-satunya kekaisaran yang ada. Menggunakan konsep Hakko Ichiu yang telah dimodifikasi sebagai alat propaganda politik demi tujuan meraka.
Konsep dasar dari hakko ichiu yang diungkapkan oleh kaisar Jimmu pada abad 660 SM dimodifikasi kembali pada tahun 1868 oleh pemerintah Meiji awal untuk meningkatkan loyalitas rakyat pada Kaisar. Alasannya sudah jelas yaitu sebelum era Meiji muncul, untuk menggulingkan Keshogunan Tokugawa digunakan semboyan sonno joi (hormati Kaisar, usir orang Barbar). Oleh karena itu, maka pemerintah Meiji berusaha mengukuhkan kembali keyakinan rakyat pada Kaisar ditambah lagi selama era Meiji, Shinto dijadikan agama nasional. Hal itu semakin memperkuat posisi Kaisar sehingga apapun titah Kaisar Meiji adalah sama dengan titah Dewa itu sendiri.


Isi Hakko Ichiu

3.1 Versi Awal
Hakko Ichiu versi awal sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kaisar Jimmu yang terdapat di Kojiki dan Nihon Shoki hanyalah ungkapan “Hakko Ichiu”. Kemudian oleh pembuat Kojiki dan Nihon shoki dijelaskan bahwa Jepang adalah pemimpin (kepala keluarga) dunia karena Jepang memiliki Kaisar yang merupakan seorang Dewa di Bumi.
Hanya itu yang tertulis dalam Kojiki dan Nihon shoki. Namun pada akhirnya istilah ini digunakan sebagai alat propaganda agar rakyat mau mematuhi Kaisar tanpa mempertanyakan apapun. Pada masa itu melayani Kaisar sama dengan melayani Dewa.

3.2 Versi setelah restorasi Meiji
Sudah diketahui bahwa untuk mengembalikan rasa percaya rakyat diperlukan adanya sesuatu pendorong kuat. Maka istilah Hakko Ichiu menyeruak kembali pada awal era meiji. Namun isi dari Hakko Ichiu dimodifikasi sedemikian rupa agar sesuai dengan kebutuhan pada masa itu.

Isi Hakko Ichiu  adalah sebagai berikut :
Jepang sebagai pusat dunia dan Kaisar sebagai pemimpinnya. Kaisar adalah Dewa didunia yang mendapat kedewaannya dari Amaterasu Omikami langsung.
Kami (dewa), melindungi Jepang dengan segala kekuatannya. Hal ini menjadikan Jepang superior, lebih kuat, istimewa disbanding Negara lain di dunia.
Semua hal tersebut adalah dasar dari Kodoshugisa (jalan Kekaisaran) sehingga Jepang memiliki misi suci untuk menjadikan dunia sebagai satu keluarga dengan Jepang sebagai pemimpin.
Itulah isi dari Hakko Ichiu yang telah mengalami pengembangan demi jalannya kepentingan pemerintah.
Dalam perubahan Hakko Ichiu yang ketiga itulah, digunakan sebagai alat propaganda politik. Invasi awal yang dilakukan ke Cina dan Korea dianggap sebagai misi suci dari dewa. Namun sebenarnya merupakan penggerak semata.




Pengaruh hakko ichiu
 Sebelum PD II

- Pada era meiji
Pada era Meiji Hakko Ichiu menyebabkan perubahan yang cukup signikan bagi kalangan rakyat. Rakyat kembali mempercayai kaisar secara penuh, sehingga kondisi saat era meiji cepat stabil. Meskipun diketahui masih banyak samurai yang setia pada keshogunan namun dapat dilucuti dengan mudah.

Dalam pemerintahan sendiri, hakko ichiu tidak dibicarakan secara aktif. Hanya golongan himitsu kessha yang mulai membahas pandangan akan Jepang di kemudian hari. Dan himitsu kessha ini memahami betul akan pengaruh hakko ichiu serta semangat bushido bagi rakyat Jepang.

- Pada era Showa

Bagi himitsu kessha, hakko ichiu memberi kemudahan dalam mengembangkan paham ultranasionalisme. Himitsu kessha yang bersikap radikal itu adalah beberapa kongsi zaibatsu dan tentara Kwantung. Dua kelompok ini merupakan kelompok ultranasionalis radikal. Keduanya mulai melakukan propaganda semenjak Kaku Mori menjadi menteri luar negeri dalam parlemen Jepang.

Kaku Mori dengan mudah memprovokasi Tanaka Giichi yang pada waktu itu menjabat sebagai perdana menteri (1927). Akibatnya Tanaka mengeluarkan kebijakan yang berkaitan dengan invasi ke Manchuria dan Mongol. Karena kebijakannya itu pada tahun 1928 Tanaka mundur dari jabatannya sebagai perdana menteri.

Banyak sekali intrik politik yang terjadi akibat hakko ichiu ini. Sekte ultranasionalisme lainnya mulai bermunculan dan berusaha menegaskan bahwa Jepang harus menjadi pemimpin dunia, tanpa mempedulikan Negara-negara lain.

Tampak jelas, tujuan awal dari hakko ichiu telah melenceng jauh. Kaisar sendiripun tak angkat bicara atas intrik yang terjadi dalam pemerintahan. Hanya dapat mengamati dan menerima laporan dari pemerintah mengenai perkembangan yang ada.

 



 Setelah PD II
Kekalahan jepang membuat seluruh rakyat Jepang terpukul. Karena poin kedua dalam hakko ichiu mengatakan bahwa Jepang superior dibanding Negara lain. Rakyat Jepang banyak yang menjadi gila, stress lalu bunuh diri sesuai dengan prinsip bushido.
Dampak yang lebih besar lagi terasa pada penganut shintoisme terlebih lagi bagi yang fanatik. Mereka syok, kehilangan kepercayaan terhadap Kami, bahkan Kaisarpun mulai tidak dipercaya. Banyak dari mereka yang mati bunuh diri.
Bagi kaisar dan keluarganya sudah jelas sekali kalau waktu itu mereka dituduh sebagai penjahat perang. Karena isi hakko ichiu yang sangat menunjukkan pengaruh kaisar. Namun apabila dilihat lebih jauh lagi, kaisar hanyalah boneka yang dikendalikan oleh pemerintahan. Jadi sampai sekarang status penjahat perang bagi kaisar Hirohito masih dipertanyakan. Apakah benar ia juga menjadi pencetus paham ultranasionalisme di Jepang.


Kapan hakko ichiu dicetuskan? Oleh siapa? Mengapa?
Hakko ichiu diungkapkan pertama kali oleh Kaisar Jimmu pada abad 660 SM. ditulis dalam kojiki dan Nihon Shoki yang dibuat pada zaman Nara. Alasan pasti munculnya ungkapan ini masih belum jelas. banyak sejarahwan yang mempertanyakan keabsahannya. namun karena kepercayaan shintoisme maka masyarakat mempercayainya bahwa ini benar adanya.

Mengapa rakyat Jepang begitu mudahnya percaya pada isi hakko ichiu?
Karena kepercayaan mereka akan ajaran Shinto yang begitu kuat. dalam shinto, Kaisar dianggap sebagai perwujudan Dewa di bumi.

Kesimpulan
keberadaan hakko ichiu yang sebenarnya masih dipertanyakan. Karena kaisar jimmu sendiri tidak diketahui apakah ia benar ada atau hanya legenda saja.
hakko ichiu digunakan sebagai alat propaganda politik demi memuluskan tujuan himitsu kessha yang menganut ultranasionalisme. Yaitu tentara zaibatsu dan Kwantung
hakko ichiu berdampak sangat besar bagi rakyat Jepang hingga menimbulkan syok massal.
Kaisar selama ini hanya sebagai boneka. Hal ini sudah berlangsung sejak mulai munculnya daimyo dan shogun.

Tidak ada komentar

Irfan Septian . Diberdayakan oleh Blogger.